Senin, 07 Oktober 2013

RESENSI

RESENSI
Pengertian Resensi
 Pengertian Resensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku.
Tujuan Resensi
Memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suata buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekedar mengubah buku yang sudah ada.kelebihan  dan kekurangan buku adalah selera pribadi si pembuat resensi .umumnya , di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Unsur-unsur Resensi
. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam pembuatan resensi. 
1. Judul resensi 
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi. 
2. Menyusun data buku 
a. Judul buku; 
b. Pengarang; 
c. Penerbit; 
d. Tahun terbit beserta cetakannya; 
e. Dimensi buku; 
3. Isi resensi buku 
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa. 
4. Penutup resensi buku 
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.

Resensi Cerpen :












Judul: Kumpulan Cerpen Koran ”Kaos Politik’
Penulis/Editor: Muhamad Nasir/Arif Ardiansyah
Desain Grafis dan Layout : Habibullah
Halaman: 116 hlm.12,5 x 20 cm
Penerbit: CV. Anugerah Pena Presindo
Percetakan : CV. Aditya Karya Kencana
ISBN : 978-979-25-7191-2
Terbit: September 2008




Ketika membaca cerpen Kaos Politik karya Muhamad Nasir ini, kita merasakan betul di mana kita tinggal. Memang tidak banyak karya sastra yang dapat dihasilkan oleh para pengarang-pengarang zaman sekarang. Hanya kumpulan cerpen Kaos Politik saja  yang menghiasi cerpen-cerpen koran di dalamnya. Mungkin karya Muhamad Nasir ini mengobati kerinduan kita akan suatu karya sastra yang mengambil dari cerpen koran yang banyak bercerita di daerah Palembang.
Kekuatan buku ini terletak dalam pengambilan settingnya, yang mengambil suasana daerah si pengarang. Nuansa Palembang-nya dapat kita lihat antara lain di dalam Di Bawah Jembatan. Seperti kutipan berikut ini ”Dalam tidur pun, lelaki yang jarang dipanggil namanya karena dia lebih sering dipanggil dengan sebutannya, tukang keruntung, tak pernah memimpikan istrinya. Meskipun kalau tertidur dia selalu nyenyak dan tak pernah absen bermimpi. Memang suara bising kendaraan yang lalu lalang di ats Jembatan Ampera, entah itu motor kreditan atau mobil mewah” (halaman 43). Atau bisa kita lihat juga dalam Ketika Gadis Bisu Berlipstik, seperti dalam kutipan berikut: ”Berkali-kali aku melakoni itu Udin pun sangat baik dengan aku. Aku dibelikan bedak. Abang bibir (lipstik). Lalu setiap senja datang aku diajak Udin berdiri di pinggir jalan dekat Kambang Iwak” (halaman 34-35).
Juga tak kalah menarik dalam kumpulan cerpen ini adalah temanya. Tema dalam kumpulan cerpen ini mengambil tema sederhana yang tidak jauh dari sekeliling kita. Seperti tema yang mengangkat isu kampanye politik yang sedang tren. Hampir di setiap pojok kita lihat poster-poster CALEG (bukan calak) dengan janji-janjinya yang mengatasnamakan kemakmuran rakyat. Juga ada tema tentang kehidupan seorang pendidik (pahlawan penuh jasa), mantan legiun veteran (pejuang 45), wanita malam (PSK), dan kuli tinta (wartawan) yang sangat idealis. Kumpulan Cerpen Kaos Politik mengungkapkan realita kehidupan yang ada di sekitar kita dan memang sering kita lihat dan kita rasakan. 
Menurut saya, kekurangan kumpulan cerpen Kaos Politik adalah dari pemilahan judul dalam sebuah tema. Dalam kumpulan cerpen yang terdiri dari beberapa cerpen yang terpilih, mungkin sebaiknya dalam sebuah tema ada beberapa judul, juga banyak judul yang di pengaruhi oleh budaya daerah palembang.
Mungkin lebih baik lagi apabila dalam tema Pengabdian Terbaik dihidupkan lagi dengan ditambah lagi dengan judul yang lain yang sama temanya dengan tema tersebut tetapi tidak membawa unsur setting daerahnya , yang mengambil tema tentang pengorbanan seorang guru. 
Begitu juga dalam tema Kenangan yang hanya mempunyai satu judul (Cinta Kingkong) yang mengisahkan cinta remaja. Kalau ditambah lagi dengan judul lain yang bertema sejenis, mungkin akan lebih menarik lagi, seperti ada rangkaian-rangkaian judul yang membentuk sebuah tema. 
Kekurangan lainnya yang sesungguhnya juga merupakan kelebihan adalah kata pengantar yang terkesan menumpuk. Setidaknya, ada tiga pengantar dalam kumpulan cerpen ini, ditulis oleh Dr Rita Indrawati M Pd, Dosen Pascasarjana Unsri dan U-PGRI; B Trisman M Hum, Kepala Balai Bahasa Palembang; dan Editor, Arif Ardiansyah, M Pd; plus dari penulis. Meski bermaksud memberikan masukan kepada pembaca, pengantar-pengantar ini seolah menambah rangkaian ’cerpen baru’ dalam kumpulan cerpen tersebut. Namun, paling tidak kehadiran himpunan karya sastra yang pernah dimuat di beberapa media massa ini bisa juga menjadi bahan pembelajaran bagi dunia pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar